Dia


Judul buku: Dia: Seperti inikah seharusnya cinta?
Penulis: Nonier
Ukuran dan jumlah halaman: 13 x 19 cm , 300 hal
Penerbit: Gagasmedia
Cetakan dan tahun terbit: Cetakan VII, 2012
***

Sampul Belakang:
KADANG, kita mencintai seseorang begitu rupa sampai tidak menyisakan tempat bagi yang lain. Membuat kita lupa untuk sekadar bertanya, inikah sebenarnya cinta?

***

Seperti itulah dia. Diam-diam mencintai lelaki itu dengan sangat dan menyimpan sakit tak berperi saat harus mendatangi pertunangannya dengan perempuan lain. Sedikit pun dia tak berniat menyesali atau berhenti mencintai lelaki itu.

Bukankah memang begitu cinta seharusnya? Memberikan senyum untuk dia yang kita cinta meski diam-diam menumpuk sedih sangat banyak di dalam hati.
***

Wow, jujur aku tak pernah menyangka bakal membaca buku ini karena aku menemukannya dalam kondisi lecek di perpustakaan. Betapa hebatnya gaung sebuah penerbitan besar, Gagasmedia membuatku percaya kalo buku ini (insya Allah) pasti bagus. Setelah berhasil menamatkan, ternyata emang bagus kok! Hahaha, gak nyesel udah pinjem.

Kisah dalam novel “Dia” bermula saat Denia berniat datang menghadiri pesta pertunangan Janu, saudara jauh yang merupakan lelaki yang dicintainya. Denia sendiri masih tak percaya, ia akan mengucapkan selamat pada Janu dan turut berbahagia atas pilihannya bersama wanita lain, yakni Kumalasari Suryaputra alias Sasa. Ya, nanti ia harus mampu bersikap tegar.

Perjalanan dari Surabaya menuju Jakarta ia tempuh menggunakan kereta api bersama Tante Rika yang berpostur big size. Di tengah hiruk pikuknya suasana gerbong, ia sempat berseteru dengan seorang pemuda akibat nomor kursi mereka sama dan Denia kalah cepat menempatinya. Mau tak mau Denia harus menempati kursi lain yang masih tersisa dan jengkel pada pemuda itu yang terlihat jelas tak mau mengalah. Siapa sangka berikutnya mereka ditakdirkan bertemu kembali.

Ternyata selama liburan Denia terpaksa menghabiskan waktu di Jakarta akibat kamarnya telah disewakan ibunya untuk kost sekaligus membantu bisnis rumah makan Kaluwargo dengan menjadi waitress. Suatu ketika ia diajak hangout oleh Mila, adik Sasa, ke mall bersama kawan-kawannya dan di sanalah ia bertemu Saka! Si pemuda menyebalkan di kereta api. Yang lebih menyebalkan lagi, Saka tiba-tiba turut ikut campur soal hubungannya dengan Janu yang diakuinya masih tersimpan rasa terselubung.

Parahnya, Mila yang ternyata naksir berat pada Saka malah meminta bantuan Denia untuk melancarkan pedekate-nya. Jelas interaksi Denia dengan Saka pun jadi sering terjadi. Bahkan ia jadi akrab dengan keluarga Saka, terutama dengan Galih sang adik.

Hubungan antara Janu-Denia ke depannya makin rumit. Padahal Denia telah berupaya melakukan De-Janu-fikasi alias segera move on dari Janu malah sebaliknya Janu makin bersikap posesif. Sasa mulai terbakar api cemburu dan memercikkan rasa tak suka dan kecurigaan berlebih pada Denia. Sementara Saka tak berubah, makin lama makin rese malah.

Akhirnya Denia pun mulai bertindak keras demi keberhasilan Dejanufikasi-nya. Ia memutuskan ikut teman-teman petualangnya mendaki Semeru dan melarikan diri ke sana. Ia tak mau kepikiran lagi soal Janu atau apapun itu. Hingga akhirnya berita hilangnya pendaki Semeru membuat perasaan orang-orang dekat Denia jadi kalang kabut, tak terkecuali Saka. Seorang Saka yang harusnya tak peduli soal Denia karena ia telah memilih mati rasa akibat perasaannya ikut terbawa mati bersama Rara, seseorang yang dicintainya di masa lalu…

Aku suka gaya bercerita novel ini. Seru dan penggambaran karakternya jelas sekali meski tak menggunakan pov 1. Terhibur banget deh berkat karakter Denia yang unik dan kocak. Saka yang meski terkesan sadis tapi selera humornya boleh juga. Novel ini ringan tapi penulis berhasil menciptakannya sebagai karya apik yang tak murahan. Mbak Nonier juga pandai mengaduk emosi pembaca lewat perasaan karakter-karakternya seperti saat Janu yang seolah memberi harapan pada Denia, Saka yang paham akan kondisi menyedihkan Denia akibat terlabeli ‘kepemilikan semu’ oleh Janu, atau juga saat perasaan Denia yang selalu ingin kabur demi menghindari adegan mesra antara Sasa-Janu.

Aku suka karakter Galih, adik kandung Saka yang masih duduk di bangku SD. Karakternya polos meski terkadang sok tau, dengan gaya khas anak-anak pula. Lucu bangeeet. Dia benar-benar karakter adik yang menyenangkan dan menggemaskan. Gak keberatan deh kalo ketemu dia edisi manusia asli. Hehehe. Mengenai Janu, nama orang ini hampir mirip dengan orang yang kukenal di dunia nyata. Namanya Mas Jalu (tuh kan!). Jadi, pas baca novel ini, aku tuh selalu membayangkan Mas Jalu tiap ada karakter Janu. Anehnya, karakter Galih harusnya mengingatkanku pada sang kekasih berkat nama belakangnya adalah Galih. Tapi gak tuh, di benakku karakter Galih jauuuuuuuh sekali dengan sosok pacarku (yaiyalaaah). Lagian ntar kesenengan dia disamain sama karakter unyu bin nggemesin. :3

Jujur sih, aku kurang suka ending-nya. Menggantung! Tidak diterangkan jelas apa yang akan terjadi berikutnya antara Saka dan Denia but it’s okay. Gak ada kesalahan fatal nan berarti. Two thumbs up!!

Rating:

Komentar

  1. Waah, dapet rating 4.5 berarti bagus dong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Ika, saya mempertimbangkan dari segi penyampaian cerita yang ringan dan santai tapi gak terkesan murahan sekaligus lihainya si penulis mengubek-ubek emosi pembaca. :)

      Terima kasih sudah berkunjung. :))

      Hapus
  2. Wah, seru nih, ending gantung emang bikin gemes. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

When you leave a footstep, you've connected our link :)){}

Postingan Populer