[Review Buku]: PING! A Message from Borneo


Judul buku: PING! A Message from Borneo
Penulis: Riawani Elyta & Shabrina WS
Ukuran dan jumlah halaman: 19 cm , 142 hal
Penerbit: Bentang Belia
Cetakan dan tahun terbit: Cetakan I, 2012
***

Sampul Belakang:
Molly, gadis penyayang binatang tingkat akut. Ia nekat mengiyakan ajakan Nick, teman bule-nya, untuk ikut meneliti orang utan di hutan Kalimantan. Tanpa pikir panjang, Molly terbang menyusul Nick demi menemui langsung binatang yang hampir punah itu. hitung-hitung sekalian liburan.

Di sela petualangannya, Molly bertemu dengan Archi, sahabatnya waktu SMA. Archi kini berbeda. Selain makin ganteng, ia juga menentang keras kegemaran Molly pada keselamatan satwa. Putra tunggal pengusaha sawit terkenal itu juga bersikap enggak ramah pada Nick. Liburan yang seharusnya asyik pun dirusak oleh pertengkaran.

Mungkinkah sikap Archi ini karena cemburu pada Nick? Atau ada hubungannya dengan bisnis sawit ayahnya?
***

Penyelamatan satwa langka masih jadi topik menarik untuk dijadikan karya fiksi rupanya. Kolaborasi yang tercipta antara Riawani Elyta dengan Shabrina W.S. menghasilkan sebuah kisah remaja aktivis satwa langka berhias fabel orang utan yang jadi lakon cerita ini. Seperti yang kita ketahui, aksi perburuan liar masih kerap terjadi dan buku ini hadir untuk membidik hati para pembaca remaja agar muncul rasa peduli terhadap satwa-satwa yang dilindungi, khususnya orangutan yang jadi karakter utama.

Suatu hari Molly mendapat telpon dari Nick yang mengabarkan sedang berada di Kalimantan untuk melakukan penelitian. Tanpa pikir panjang Molly pun memutuskan terbang menyusul kawan yang dikenalnya lewat LSM Gerakan Penyelamatan Satwa Langka (GPSL) sejak tahun pertama kuliahnya itu. sebelum mendarat di tanah Borneo, ia sempat mengabari Archie, sobat karibnya semasa SMA yang kini tinggal di kampung halamannya Samarinda dan melnjutkan kuliah di sana serta membantu bisnis perkebunan kelapa sawit milik ayahnya.

Kedatangan Molly disambut hangat oleh Archie dengan penampilan baru yang makin memukau dibanding saat di jaman sekolah. Namun begitu mengetahui niat Molly berkunjung ke konservasi orang utan, Archie menunjukkan ekspresi tidak suka. Terlebih kepergiannya hanya ditemani berdua oleh Nicholas Keith a.ka Nick bersama adik perempuannya, Andrea yang lebih akrab disapa Andy. Dengan berat hati Archie merelakan Molly berpetualang dengan harapan ia bisa mengajak gadis itu menikmati momen berdua dengannya sebelum beranjak pulang ke Jakarta.

Di tempat konservasi, Molly girang sekali dapat berbaur dengan para orangutan meski belum bisa secara langsung. Sementara Nick sibuk dengan berbagai risetnya dan Andy yang mencari-cari info mengenai bagaimana prosedur mengadopsi orangutan, Molly berusaha untuk menjalin interaksi lebih dekat dengan mamalia yang dekat kekerabatannya dengan manusia itu.

Orangutan yang ditampung oleh balai konservasi kebanyakan merupakan orangutan yang berhasil diselamatkan dari kebakaran hutan ataupun lolos dari perdagangan liar. Salah satu orangutan yang menarik perhatian Molly adalah Karro, yang setiap harinya menyendiri dari kawanan lainnya dan melolong sedih. Nalurinya tersentuh untuk mendekati Karro dan berharap satwa itu bisa sembuh dari trauma yang menderanya.

Sementara itu Archie tiba-tiba muncul di hadapan Molly dan berupaya mengajaknya berkeliling wisata berdua. Jelas saja Molly menghadapi dilema berat. Kedatangan Archie yang mendadak akan mengacaukan kesempatannya untuk berinteraksi langsung dengan orangutan. Akhirnya Molly memutuskan untuk menolak ajakan Archie, terlebih saat Archie menyatakan secara sepihak bahwa mereka berdua sedang pacaran. Kontan Molly mengelak tegas dan keduanya terlibat pertengkaran hebat. Bahkan kemudian Archie jadi sakit hati dan pergi tanpa memedulikan Molly lagi.

Berkat kecintaannya pada dunia satwa, ia suka menulis dalam bentuk fabel. Inspirasinya tentu saja orangutan yang jadi objek kasih sayangnya. Sampai akhirnya ia berhasil menjemput impiannya menerbitkan buku setelah ditolak oleh berbagai penerbit.

Buku ini ditulis oleh dua orang yang bahkan tidak pernah bertatap muka hingga naskah selesai. Komunikasi dijalin melalui telpon, sms, chat dan dunia maya. Masing-masing punya gaya khas dan bagian sendiri-sendiri. Tidak seperti perkiraanku yang pembagian jobnya tetap pada satu kerangka. Nyatanya buku ini merupakan dua kerangka dijadikan satu yang susunannya pas dan punya keterkaitan yang unik. Riawani Elyta yang menuliskan kisah manusia, sedang Shabrina WS khusus bagian fabelnya.

Mbak Shabrina bersama orangutan :))
Shabrina menggambarkan kehidupan orangutan dengan gaya komunikasi masa kini. Tutur katanya ringan, bahasa kalbu orangutan yang ditonjolkannya seperti ungkapan hati manusia sehingga kita para pembaca jadi lebih merasakan apa yang dirasakan si orangutan. Oya, kehidupan orangutan pun dijabarkan layaknya kehidupan manusia seperti, kasih sayang ibu pada anak dan orangutan yang masing-masing punya nama.

It's Riawani Elyta ^^
Kemampuan Riawani tak perlu diragukan lagi. Penulis buku Tarapuccino ini luwes menuliskan kisah para karakter remaja. Tulisannya pun cocok saat digabung dengan fabel Shabrina. Dialog para tokoh asyik diikuti dan tidak membosankan, dengan kosakata yang kaya. Sesuai sasaran pembacanya, Riawani pun tak lupa menyelipkan konflik asmara agar kisahnya lebih bermakna dan disukai remaja.

Sebuah bacaan yang patut diapresiasi, manakala kamu pun akan tergugah setelah membacanya. (*^□^)八(^□^*)

Rating :

Komentar

Postingan Populer