Billy-Fin or Not


Judul buku: Billy-Fin or Not
Penulis: Christina Juzwar
Tebal dan jumlah halaman: - , 229 hal
Penerbit: Grasindo
Cetakan dan tahun terbit: Cetakan I, 2006
Rating: 



Sampul Belakang:
“IYA! GUE UDAH MEMBUNUH ORANG!!!” teriak Billy dengan putus asa.
Fin langsung diam terpaku. Hanya napasnya saja yang sekarang naik turun tidak beraturan. Di hadapannya, Billy berdiri dengan air mata yang mengalir. Tatapannya menyiratkan keputusasaan.

“Billy… gue… gue…” Fin terbata-bata. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Tenggorokannya tercekat, seakan ada yang menahan pita suaranya. Ia mencoba mencari kebenaran di mata Billy. Mungkinkah ini hanya lelucon? Kalaupun benar, lelucon yang tidak lucu!

Believe it or not! Eh… Billy-Fin or not!

***

Ketika membaca bagian pertama novel ini, saya tidak menyangka dengan apa yang disuguhkan. Yap, remaja sekolahan banget! Kalau menengok sinopsisnya, saya mengira kisah ini menceritakan tentang tokoh yang minimal sedang menempuh pendidikan di bangku kuliah. Hal itu disebabkan oleh adanya kalimat ‘membunuh orang’. :3 Anak sekolahan menurut saya tidak pantas disisipi adegan seperti itu.

Novel ini menceritakan tentang Fin sebagai remaja yang hidupnya sempurna. Punya keluarga bahagia dan sahabat-sahabat yang menyenangkan sudah cukup melukiskan kesempurnaan itu. Ewa sahabatnya, yang merupakan lelaki satu-satunya diantara tiga orang sahabat dekatnya, mempunyai perasaan lebih yang ia sembunyikan dari Fin. Ia tidak ingin persahabatan mereka rusak bila perasaan itu terungkap.

Sayangnya, Billy kakak kandung Ewa yang pulang dari Australia juga memiliki perasaan yang sama terhadap Fin. Bahkan ia lebih dulu mengambil start ketimbang Ewa. Fin yang awalnya hanya malu-malu kucing, lambat laun mulai menerima uluran cinta dari Billy.

Tapi tak semudah itu Fin mau membuka hati kepada Billy. Ada sesuatu yang kelam dengan masa lalunya. Parahnya, Billy pun punya andil besar dalam sejarah kelam tersebut…

Novel ini sangat ringan. Tema cerita yang diambil sangat sederhana, tidak neko-neko. Ibarat mengolah tahu tempe untuk menjadi masakan enak, penyajiannya hanya dengan dibumbui secukupnya dan digoreng. Cinta segitiga sudah terlalu sering dibahas, terlebih konflik dalam novel ini tak terlalu kuat.

Dari segi alur, novel ini endingnya mudah ditebak dan kisah mengalir mulus-mulus saja. Namun penataan peristiwa masa lalu dan kini tertata baik. Lalu penokohannya hanya beberapa yang dituturkan detail seperti Fin, Ewa, dan sahabat-sahabat lainnya. Sedangkan porsi Billy malah hanya sedikit.

Kekurangannya menurut saya, novel ini kurang to the point dalam berkisah sehingga terkesan banyak bagian yang kurang penting. Saya pun banyak melompati beberapa halaman. Harusnya isi novel harus lebih padat.

Namun secara keseluruhan, novel ini cocok dibaca oleh remaja sekolahan dan dijadikan sebagai bacaan ringan untuk mengisi waktu luang.

Komentar

Postingan Populer