NGENEST: Ngetawain Hidup Ala Ernest
Judul buku: NGENEST: Ngetawain
Hidup Ala Ernest
Penulis: Ernest Prakasa
Tebal dan jumlah halaman: 14 x 20
cm, 170 hal
Penerbit: Rak Buku
Cover Belakang Buku:
Dibanding bokap, keluarga nyokap
gue tuh lebih original Cinanya. Gaya
ngomongnya masih totok banget. Bagi mereka, gak ada istilah “kami” atau
“kalian”. Adanya adalah “gua orang” dan “lu orang”. Kesannya insecure banget ya? Gue juga tau kalo
kita semua ini orang, bukan ubur-ubur. (Diambil
dari bab “Woy Cina!”)
Di banyak mall di Jakarta, ada
petugas lift. Padahal siapa sih yang gak mampu mengoperasikan lift? Kalo mau ke
lantai 3, kan tinggal cari tombol angka “3”. Simpel. Kecuali tulisan di
tombolnya bukan “3”, tapi lebih rumit. Misalnya “1/2 x √36”.
Lagian gue belum pernah baca ada headline koran semacam ini:
“GAGAL MENEMUKAN LANTAI TIGA,
SEORANG REMAJA TERJEBAK SELAMA DUA HARI DI DALAM LIFT MALL TAMAN NAGREK” (Diambil dari bab “Jakarta Dikepung!”)
***
Bisa jadi buku format personal literature masih populer ya
sampai saat ini. Namun untuk mencari yang benar-benar tidak garing itu amatlah
susah. Beruntung buku ini menyajikan humor yang tak basi, ceplas-ceplos adanya
karena sang penulis sendiri merupakan comic
ternama.
Bila anda pernah membaca karya
Raditya Dika, maka seperti itulah genre buku ini. Ada 23 bab yang berkisah
mengenai kehidupan sehari-hari, opini ngawur, fakta nyeleneh dan beragam hal
gak jelas lainnya dari Ernest. Semuanya dituturkan dengan gaya bahasa anak muda
yang ringan dan amat mudah dicerna.
Karena Ernest merupakan seorang
pribumi keturunan Cina, maka beberapa topik yang diangkat pun tak jauh mengenai
soal ras-nya seperti bab Woy, Cina!, Koh Ahok Jagoanku, Menjadi Minoritas,
serta Imlek, Dahulu dan Kini. Selain itu, topik pribadinya bersama keluarga
juga diceritakan dengan gaya yang asyik. Satu lagi yang super, Ernest tak
sungkan-sungkan memasukkan sedikit topik seks yang biasanya tabu untuk dibahas.
Namun dengan pemolesan tertentu dan tidak bertujuan sebagai tindak pornografi
memang. Contohnya di bab Tabu.
“Dok, sebenernya keperawanan itu hilangnya dengan cara apa dok? Kalo anunya
masuk tapi cuma setengah, tetep perawan ga?”
“Masuk tapi cuma setengah”? Pertama-tama, dia tau darimana kalo itu masuk
setengah, bukan seperempat atau dua pertiga? Kedua, YA MENURUT LO?! Tapi yang
bikin gue takjub adalah, si Mawar ini nanya serius, emang keliatan beneran
penasaran, bukan lagi pengen bikin dokternya bĂȘte. (hal. 59)
Layout buku ini amat menarik.
Tiap bab ada ilustrasi kartun yang kocak dan sesuai dengan isi bab. Sehingga
para pembaca merasa terhibur dua kali, dari segi aksara maupun grafis.
Ilustrasi bab 'Menjadi Minoritas' |
Dari 23 bab yang ada, saya
memfavoritkan judul bab Koh Ahok Jagoanku. Di situ Ernest lancar banget
menuliskan gagasan idolanya dan humornya yang sederhana sudah bikin saya
cekikikan. Selain itu, ide-ide konyolnya bisa dikategorikan sebagai inovasi
yang nyeleneh. Selain itu, ada bab Umi, Sang Babysitter. Kisahnya benar-benar
kocak, dari sisi Ernest sebagai majikan yang merasa babysitternya merupakan
salah satu keunikan dunia.
Meski secara keseluruhan bagus,
ada hal yang menurut saya tidak pas. Bila buku ini bersifat full komedi,
menampung kisah yang mengundang tawa 75%, tulisan yang berjudul Air Susu Ibu
dan Tatoku rasanya membuat daftar bab buku ini jadi kurang konsisten. Bab Air
Susu Ibu berkisah tentang pengalamannya sebagai salah satu founder sebuah
gerakan bernama ‘Inisiatif Ayah ASI Indonesia’, sedangkan Tatoku seperti
curhatan biasa dan kurang menggugah selera. Meski dikemas penuh humor, unsurnya
masih belum sampai 75%.
emang bukunya lucu sih.. tapi lebih lucu lg kalo ndengerin Ernest waktu stand up :D
BalasHapusHaha, jelas laah. Kalo itu mah udah terbukti.. :p
Hapus