The Devil Loves Cinnamon


Judul buku: The Devil Loves Cinnamon: Sekali Ini Saja, Cobalah Percaya Kepada Iblis
Penulis: Ima Marsczha
Tebal dan jumlah halaman: 13 x 19 cm, 244 hal
Penerbit: Gagasmedia
Cetakan dan tahun terbit: Cetakan I, 2009
Rating: 



Sampul Belakang:
Widya kaget melihat sosok laki-laki di hadapannya. Laki-laki berkaus pink itu adalah Setan. Ya, setan, setan sungguhan meski dia berkaus pink dan senang sekali mencium aroma kayu manis. Namun, jika sosok itu memang bisa mengabulkan permintaannya, gadis ini akan melakukan apa saja. Bunda tercintanya, yang sedang koma, harus sadar dengan cara apa pun.
Permintaan yang cukup sulit –bagi si setan sekalipun. Setan yang berwujud laki-laki itu malah terjebak di dunia manusia, dalam kehidupan Widya. Dia baru bisa pulang jika permintaan Widya dikabulkannya. Saat mereka sibuk mencapai kata sepakat, diam-diam, Widya sadar kalau dia mulai jatuh cinta kepada Setan penggemar kayu manis itu.

***

Dari sinopsis di atas, kita bisa menebak-nebak jalan ceritanya. Pertemuan Widya dengan si Setan bermula saat Bundanya mengalami kecelakaan mobil dan akhirnya tergeletak koma. Kemudian Widya berbelanja beberapa buah buku untuk dibacakannya pada Bunda, yang katanya dapat membantu untuk pemulihan Bunda melalui sisi psikologis. Tanpa sadar, salah satu buku hitam keramat itulah yang membuat si Setan datang akibat Widya iseng menuruti step-step yang terdapat dalam bukunya.

Konflik mulai mewarnai saat si Setan tak mampu memenuhi permintaan Widya yang membuatnya harus tinggal di bumi lebih lama. Mau tak mau akhirnya Widya juga harus terbiasa hidup dengan Setan, yang bisa pergi dan muncul sesuka hati tanpa bisa dilihat orang selain Widya. Kemudian datang pria silih berganti, membuatnya harus meyakinkan diri: siapa yang akan ia pilih to stay forever with in?

Secara ide cerita, tema yang diangkat cukup menarik. Kisah cinta dengan salah satu karakter yang berbeda dimensi, penciptaan, dan gaya hidup. Penuturannya juga ringan, sirama dengan segmen yang dibidik: remaja 19+. Dialog-dialog yang tercantum juga cukup seru. Terlebih bagian percakapan Widya dengan si Setan, karena mereka berasal dari dunia yang berbeda, terciptalah beberapa celetukan ngasal.

“Berdoa aja,” saran si setan. “Kan, katanya manusia berkomunikasi dengan Tuhan lewat doa.”
“Dijawab, nggak?” tanya Widya penuh harap.
“Nggak tahu.”
“Ah,” Widya melempar bantal yang dipeluknya ke arah si setan. “Nggak membantu.”
“Gue kan setan, Non. Tugas gue mengganggu. Bukan membantu.” (Hal. 133)

Kekurangannya terletak di bagian romantika. Pria-pria yang datang dengan cara yang klise dan terlalu ‘sinetron drama’ seperti ditunangkan, dijodohkan, membuat jalan cerita terkesan klasik dan kurang hidup.

Secara keseluruhan, novel ini lumayan bagus. Dengan gaya bahasa ringan, novel ini jadi mudah dicerna oleh siapa saja. Bagi para penggemar romance literatur, percintaan yang terkandung di dalamnya standard untuk memenuhi selera romansa.


Tidak perlu waktu khusus untuk membaca novel ini. It’s just like a snack to your disgestive. Enyoy it!
Jeng jeng! Finiiiish \m/

Komentar

  1. Saya kurang suka novel ini, Kak, hehe apalagi waktu baca kalimat mengenai penggambaran neraka seakan-akan neraka itu tempat yang menyenangkan hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, terima kasih Deta sudah mampir. :)
      Yah, yang soal neraka itu emang bener-bener imajinasi penulisnya :D

      Hapus
    2. Sama-sama, Kak :) Lain kali, mampir balik ya hehe

      Hapus

Posting Komentar

When you leave a footstep, you've connected our link :)){}

Postingan Populer